Jumat, 28 Desember 2007

FIKROH

Menuju Gerakan Sosial ke Politik Pembebasan

Towards Liberation Social to Political Movement

Oleh : Hendrayana

Perspektif World System Theory dari Wallerstein menyumbang sebuah pandangan mengenai tata dunia yang ada sekarang. Ada tiga level Negara pasca runtuhnya sosialisme Uni Soviyet. Menuruntnya Negara terbagi menjadi tiga level yaitu : Negara maju, Negara berkembang dan Negara – Negara yang menuju Negara maju. Friedman (1999) dengan tandas menyatakan ketiga level ini menpunyai arah dan pengaruh dari atas ke bawah. Maksudnya, sistem yang berkembang di dunia ketiga didesak oleh kekuatan western global world yang sangat menekan melalui ekspansi-ekspansi sistem pengetahuan barat lewat Transnational knowlegde System (TNKs), sistem ekonomi yang melaju seiring perluasan kapital dari Transnational corporations (TNCs), dan kekuatan kolaborasi antar negara melalui apa yang disebut dengan Transnational State Syatem (TNSs). Kapitalisme dengan tiga kekuatan diatas mencengkram dan mendominasi begitu kuat seluruh sendi kehidupan dunia ketiga. Robinson (2001), mengemukakan lebih jauh bahwa kapitalisme menyebabkan kelumpuhan total kawasan periferal melalui dua cara, yaitu : ekspansi kolonialisme di era penjajahan dan ekspansi globalisme di era modernisasi.

Hasil akhir dari bekerjanya sistem-sistem pengaturan ala kapitalisme dan globalisme adalah apa yang dikonseptualisasikan sebagai pengaturan-pengaturan berbasiskan kepahaman antar bangsa (antar negara) dengan apa yang disebut sebagai Transnational States(TNSs). Dalam konsep TNSs, kedaulatan negara dunia ketiga terkooptasi dan terkolonisasi oleh kekuatan politik antar negara yang berjejaringan secara transnasionalitas, dimana keputusan-keputusan yang diambil seringkali merugikan kepentingan negara-negara periferal. Castel (2001) mengemukakan bahwa globalisme telah menghempaskan bencana ekonomi, poloitik. dan budaya menuju sebuah cengkeraman hegemoni kapitalisme global. Banyak contoh kasus yang terjadi belakangan ini, salah satunya tentang harga minyak mentah dunia yang hampir menginjak angka 100 dolar per barel, tapi kenapa negara berkembang dan negara yang menuju maju justru tidak menikmati kenaikan harga menyak mentah yang notabene banyak sumber minyak mentah dinegara mereka. Alasan yang pernah mencuat di Indonesia dikarenakan cadangan minyak mentah dari tahun ke tahun semakin berkurang sedangkan untuk investasi dibutuhkan waktu sekitar 15 tahun dan dana yang besar. Padahal yang terjadi sebenarnya secara Transnational State (TNCs), Amerika sebagai negara pengguna minyak dunia paling besar sedang mengalami resesi ekonomi dalam negeri, hal ini jelas mengancam hegemoni kapitalismenya yang sekarang mulai terancam dengan kenaiakan ekonomi Cina dan India untuk kawasan Asia. Untuk itu Amerika menaikan harga minyak mentah dunia untuk mencegah resesi ekonomi dalam negerinya. Kasus lain dalam pandangan kebudayaan, dengan melakukan simbiose mutualistik kaum kapitalis, kaum rasionalis-liberal benar-benar memanfaatkan panggung pemilihan atu kecantikan sejagat pada 2005. Keikutsertaan seorang utusan negeri ini ke kontes tersebut yang menuai kontroversi di tengah masyarakat malah didukung oleh kekuatan industri kosmetik dimana seorang tikohnya duduk sebagai anggota parlemen dengan posisi yang strategis. Disini ia dapat mengoperasikan dua variabel sekaligus, yaitu penanaman modal dengan proyeksi keuntungan besar jangka panjang, dan proses politik di tingkat atas guna mencari dukungan secara politik. Sehingga terjadilah penolakan RUU anti pornografi dan pornoaksi karena opini budaya barat yang mengumbar aurat sudah biasa dan diterima secara umum sebagai suatu kebenaran.

Hempasan globalisme inilah yang menjadikan bangsa-bangsa periferal, termasuk Indonesia mengalami tragedi multidimensi seperti saat ini.

Indeks Pencapaian Teknologi

60 dari 72 negara ( UNDP, 2001)

Rasio Tenaga Peneliti

0,5 per 1000 pekerja

Kepemilikan Televisi

153/1000 orang

Kepemilikan Komputer

11,9 dari 1000 orang (worl Bank, 2004)

Pengguna Internet

39/100 orang ; di AS (553/1000 orang) (worl Bank,2004)

Indeks Daya saing

72 dari 102 (WEF,2004)

Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

112 dari 175 negara yang disurvey (UNDP, 2003)

Belanja Pendidikan

0,9 % GDP (IMD,2003)

Tingkat Inflasi Sampai desember 2005

(diperkirakan) 18%-(siaran Pers BI)

Jumlah Angkatan Kerja

106 juta (BPS,2005)

Tingkat Pengangguran

9,86 % (10,8 juta pengangguran terbuka da 29,6 juta pengangguran setengah terbuka) BPS,2004

Jumlah Penduduk miskin

61,3 juta penduduk atau 15,325 juta penduduk (BPS, februari 2005)

Jumlah Penduduk Miskin Pedesaan

41 juta (BPS,2005)

Jumlah Penduduk Miskin Perkotaan

20,3 juta (BPS, 2005)

Rasio Penduduk Pedesaaan/Perkotaan

122,7 juta: 94,3 atau 56 : 44 (BPS, 2005)

Pendapatan Perkapita Indonesia

$ 830/tahun atau $ 69/bulan = Rp. 690.000/bulan (statistic Indonesia 2003)

Indeks Korupsi dari Political and Economic Risk Consultancy (PERC) 2005

Indeks 9,44 ( dari skala 10, dengan 0 paling bersih dan 10 paling korup)

School life expectancy and transition from primary to secondary for school years 1998/99 and 1999/00

Negara ke 75 dengan penduduk terdidik, Source : http://www.nationmaster.com

Civil and political liberties-index Ranging from 7 (High Levels of Liberties) to 1 (Low) This is the average of two indicators-civil liberties and political liberties

Negara ke 73 (skor 3,5 ), Source http://www.nationmaster.com

IPM rata-rata nasional meningkat dari 64,3 pada tahun 1999 menjadi 65,8 pada tahun 2002

199 kabupaten dari 440 kabupaten/kota di Indonesia, yang merupakan daerah tertinggal. Dua puluh diantaranya merupakan kawasan-kawasan perbatasan (Pidato Presiden di hadapan DPD, Agustus 2005)

Proporsi penduduk yang tinggal di perkotaan meningkat dari 35,9 % da tahun1995 menjadi 48,3 % tahun 2005 (BPS, 2005)

Data kemiskinan BKKBN tahun1998 sebesar 17,17% dari total keluarga. Angka ini meningkat menjadi 27,99% (1999), 30,78% (2000), 30,52% (2001), dan mencapai 31% pada tahun 2002 yang merupakan data terakhir. Adapun data BPS menurun dari 24,2 % tahun 1998, 23,5% (1999), 19,4% (2000), dan terus menurun hingga mencapai 17,92% tahun 2003.

Data Bank Dunia yang disajikan dalam CGI Brief tahun 2003 menunjukkan bahwa pada tahun 2002 sebesar 7,4% penduduk berpendapatan sehari dibawah 1 dolar AS. Jika garis kemiskinan digeser keatas menjadi 2 dolar AS per hari, jumlah penduduk miskin akan menjadi sebesar 53,4 %.

Pertanyaannya adalah, bagaimana menyelesaikan masalah ini? Dalam tingkat lokal, nasional, regional dan global. Dari mana masalah ini diselesaikan ?

Alain Touraine dan Manuel castel (1985) menyebut beberapa tipologi alternatif untuk keluar dari masalah di atas. Hal ini di gambarkan sebagai berikut:

Emergent Anti-Institutional

Awareness

Emergent Group Identity (Vision)

Revolutionary Movement

Social Liberation

Cultural Movement

Proffesional reform movement

Dari keempat tipologi pada halaman sebelumnya, John Hannigan menyebut bahwa Social Liberation, memiliki daya dorong yang paling tinggi untuk sebuah perubahan. Pembebasan social adalah gerakan yang visioner dan mendasar. Oleh karenanya bila ingin keluar dari jeratan kapitalisme global bangsa-bangsa yang terjerat dalam kungkungan kapitalisme mestinya tidak berjuang lewat jeratan yang ada dan visi ideologi yang dihasilkan dari ideologi ini.

Gerakan Pembebasan, dari tahapan dukungan menuju totalitas perubahan

Terdapat penemuan yang mengejutkan dari sebuah polling yang dipublikasikan pada bulan April 2007, yang hasilnya terkesan ditutup-tutupi. Polling itu, yang dilakukan atas pengawasan Universitas Maryland, menegaskan hasil riset yang dilakukan di empat negara muslim (Mesir, Maroko, Pakistan, Indonesia) dengan meyoritas penduduk kaum muslim menunjukkan beberapa hal yang antara lain :

  1. Dukungan bagi penerapan Hukum Syariah da Negara-negara Islam
  2. Penyatuan dengan Negara-negara lain di bawah naungan Khilafah
  3. Penentangan atas pendudukan dan kebijakan Barat pada umumnya
  4. Penentangan atas pemaksaan diberlakukannya nilai-nilai Barat di tanah kaum muslim
  5. Penentangan atas penggunaan kekerasan terhadap penduduk sipil.

Bagi beberapa isu tingkat konsensus ide-ide itu melebihi 75%. Pelajaran Apa yang bisa diambil dari hasil polling?

  1. Hal ini menunjukkan pandangan yang sesungguhnya dari kebanyakan kaum muslim
  2. Hal ini menghapus mitos menyesatkan tentang ide-ide politik Islam dan kekerasan
  3. Hal ini menunjukkan bahwa ide dari pihak yang melancarkan perang global terhadap terror (seperti AS,red) justru dianggap berbahaya bagi dunia dan bahkan menipu masyarakat di negeri-negeri mereka sendiri.
  4. Ini menunjukkan perlu adanya sebuah perubahan atas kebijakan luar negeri di Dunia Islam.
  5. Hal ini menunjukkan bahwa gaung Khilafah pada saat ini telah menyebar ke seantero Dunia Islam dan perlu bagi semua orang untuk memahami ide-ide dari para penyokong ide-ide itu.

Pokok-pokok penting dari Polling

  1. Tujuan Polling : Aplikasi penerapan Syariat Islam setiap Negeri Islam

Semua negeri yang diambil polling adalah negeri yang representatif mewakili umat Islam Dunia. Semua menunjukkan persetujuan terhadap penerapan Hukum Syariat Islam; ( Maroko 76%, Mesir 74%, Pakistan 79%, Indonesia 53% ).

  1. Pandangan atas Islamisasi dan pengaruh-pengaruh Budaya Barat

Kebanyakan responden menunjukkan dukungan kuat untuk memajukan peran Islam di Negara-negara mereka- hal yang sama dengantujuan Al Qaeda- tapi juga mengekspresikan keterbukaan bagi pengaruh-pengaruh budaya luar. Mayoritas kaum muslim di banyak Negara mendukung tujuan-tujuan untuk dilakukannya penerapan yang menyeluruh dari syariah, mencegah masuknya nilai-nilai Barat, dan bahkan menyatukan negeri-negeri Islam kedalam sebuah negara Islam yang satu. Di sisi lain, mayoritas mereka di semua Negara menganggap meningkatnya keterkaitan dunia melalui perdagangan dan komunikasi sebagai sesuatu yang positif dan sangat mendukung demokrasi dan kebebasan beragama. Mayoritas juga menentang ide adanya konflik kekerasan antara muslim dan budaya barat sebagai sesuatu yang tidak dapat dihindarkan dan mengatakan bahwa adalah mungkin untuk menemukan titik persamaan.

  1. Sikap atas kekerasan terhadap penduduk sipil

Sebagian besar responden dari Maroko, Mesir, Pakistan dan Indonesia menyatakan bahwa keadilan terhadap pelaku kekerasan terhadap penduduk sipil tidak berjalan dengan adil terhadap semua bentuk kekerasan, bahkan hanya dijadikan sebagai tujuan kesepakatan politik.

  1. Serangan terhadap penduduk sipil secara umum

Mayoritas muslim di semua negara menentang serangan terhadap penduduk sipil untuk tujuan-tujuan politik dan melihatnya sebagai hal yang bertentangan dengan Islam. Serangan terhadap penduduk sipil dilihat sebagai sesuatu yang tidak efektif. Serangan dengan motif terhadap infrastruktur penduduk sipil juga ditolak dan tidak dibenarkan.

  1. Serangan terhadap penduduk sipil orang Amerika dan Eropa

Sama halnya dengan penentangan terhadap serangan atas penduduk sipil secara prinsip dan berbeda dengan dukungan yang berarti terhadap pasukan Amerika, mayoritas di semua negara menolak serangan atas orang Amerika yang bekerja pada perusahaan-perusahaan Amerika di Negara-negara Islam. Dalam semua kasus ini, orang Mesir adalah paling banyak menentang, sementara orang Pakistan adalah yang paling sedikit.

  1. Kebijakan luar negeri dan pendudukan

Mayoritas kaum muslim pada semua negara yang disurvei memiliki pandangan yang negatif terhadap pemerintahan Amerika, Amerika Serikat dianggap memiliki pengaruh yang luar biasa terhadap berbagai peristiwa di dunia, dengan mayoritas dari mereka mengatakan bahwa Amerika mengontrol sebagian besar atau hampir semua dari apa yang terjadi di dunia.

7. Persepsi atas Tujuan-tujuan Kebijakan Luar Negeri AS yang berkaitan dengan Dunia Islam

Mayoritas mereka meyakini bahwa Amerika Serikat berusaha untuk menghancurkan Islam dan bahkan percaya bahwa negara itu ingin menyebarkan Agama Kristen di wilayah Dunia Islam. Jumlah yang hampir sama juga beranggapan bahwa tujuan kunci Amerika adalah untuk mempertahankan aksesnya untuk mendapatkan minyak bumi. Walaupun sebagian besar memahami Amerika Serikat berusaha untuk mencegah serangan-serangan teroris, hal ini tidak dilihat sebagai tujuan utama perang melawan teror.

  1. Mengeluarkan Militer Amerika dari Dunia Islam

Mayoritas di semua Negara mendukung tujuan agar Amerika Serikat memindahkan pangkalan-pangkalan militer dan tentaranya keluar dari demua negeri Islam. Sama dengan tujuan ini, dukungan bagi dilakukannya serangan-serangan pada tentara Amerika di Dunia Islam cukup tinggi di Mesir dan Maroko. Tapi orang Pakistan terpecah mengenai serangan semacam itu dan orang Indonesia menentangnya.

Saatnya berjuang bersama gerakan pembebasan

Yang terpenting atas masalah ini adalah pilihan metode perjuangan atas masalah yang dihadapi oleh dunia saat ini. Jebakan demokrasi yang dipaksakan di dunia ketiga merupakan agenda untuk membungkam gerakan pembebasan menuju kekuasaan.

Pemaparan diatas adalah salah satu bentuk keinginan secara sosial mayoritas muslim di Dunia Islam untuk membebaskan diri dari cengkeraman konsep keluarga Internasional atau Komunitas Internasional yang justru melakukan penjajahan sejak adanya ideologi kapitalisme, yakni sejak muncul imperialisme. Dunia akan terus menderita selama ”mitos” Komunitas Internasional atau Kelurga Internasional yang menurut pandangan Friedman sebagai Transnational State System (TNSs) masih ada. Karena itu membebaskan Dunia dari penderitaan yang menimpanya dan menempatkannya pada jalan kebahagiaan tidak akan mungkin dicapai, kecuali jika telah menghilangkan tiga faktor, yaitu;(1) Khurafat Keluarga Internasional, (2) Cengkeraman dan dominasi negara-negara adidaya, serta (3) Imperialisme dan monopoli.

Tentang Keluarga Internasional, sesungguhnya asas lahirnya ide ini sejak kemunculannya adalah batil. Pada mulanya negara-negara kristen di Eropa Barat bergabung dengan negara-negara kristen Eropa Timur untuk membuat suatu organisasi yang mampu menghadapi Daulah Islam ( abad 16 – 1856). Setelah Daulah melemah mereka membagi-bagi kekuasaan Daulah Islam, selama jangka waktu itu Keluarga Internasioanl diartikan sebagai komunitas Kristen dan musuh Daulah Islam. Maka dari itu, prinsip-prinsip tradisional negara-negara Kristen-atau negara-negara kapitalis- inilah yang kini mencengkeram komunitas manusia diseluruh dunia. Mereka mengabaikan sama sekali berbagai konvensi dan pemikiran negara-negara lain.

Sebelum menuju kepada gerakan Politik Pembebasan, kaum muslim haruslah mempunyai suatu kesadaran politik, yang bukan berarti kesadaran akan situasi-situasi politik, konstelasi internasional, peristiwa-peristiwa politik, mengikuti politik internasional,atau mengikuti aktivitas-aktivitas politik. Itu semua adalah hal-hal yang melengkapi kesempurnaannya saja. Kesadaran politik tidak lain adalah pandangan terhadap dunia dengan sudut pandang khusus.Bagi kita kaum muslim sudut pandang itu adalah akidah Islam.Kesadaran politik itu mudah dimiliki oleh seluruh manusia, sebab kesadaran politik bukan berarti menguasai Islam secara keseluruhan atau menguasai apa yang harus menjadi sudut pandang khusus bagi dunia. Kesadaran politik tiada lain hanyalah pandangan ke arah dunia internasional dan hendaknya pandangan itu bertolak dari sudut pandang khusus tertentu.

Adapun cara mewujudkan kesadaran politik pada individu-individu dan umat , adalah dengan melakukan pembinaan politik dalam pengertian politis, baik berupa aktivitas pembinaan pemikiran dan hukum Islam maupun dengan aktivitas mengikuti peristiwa peristiwa politik.

Pembinaan politik haruslah melalui gerakan yang sahih yang berbentuk kelompok yang berdiri atas dasar fikrah dan thariqah, yaitu atas dasar ideologi yang diimani oleh setiap anggotanya, itulah Partai. Partai mengontrol pemikiran dan perasaan masyarakat untuk digerakan dalam sebuah gerakan yang terus meningkat (kualitas dan kuantitasnya). Partai juga berusaha menghalangi kemerosotan kembali pemikiran dan perasaan masyarakat. Partailah yang mendidik umat, mengeluarkannya dari kebodohan, dan mendorongnya untuk mengarungi medan kehidupan Internasional.

Bacaan Lebih Lanjut :

Harper,C.L.1989.Exploring Social Change.Prentice Hall.New Jersey

Robinson. W. I. 2001. Social Theory and Globalization: The Rise of Transnational State.Theory and Society.

Catel, S. 2001. Studying Social Transformation. International Political Science Review.

Friedman. 1999. Indegenous Struggles and discreet Charm.Journal of World System Research.

Taqiyuddin an-Nabhani. Konsepsi Politik Hizbut Tahrir, Edisi Mu’tamadah.

Taqiyuddin an-Nabhani. Pembentukan Partai Politik Islam. Hizbut Tahrir

Abu Fatiah Al-Adnani & Abu Laila Abdur Rahman. Menanti Kehancuran Amerika & Eropa.

www.css-jordan.org

data pendukung UNDP, dll

Tidak ada komentar: