Jumat, 28 Desember 2007

FIKROH

Menuju Gerakan Sosial ke Politik Pembebasan

Towards Liberation Social to Political Movement

Oleh : Hendrayana

Perspektif World System Theory dari Wallerstein menyumbang sebuah pandangan mengenai tata dunia yang ada sekarang. Ada tiga level Negara pasca runtuhnya sosialisme Uni Soviyet. Menuruntnya Negara terbagi menjadi tiga level yaitu : Negara maju, Negara berkembang dan Negara – Negara yang menuju Negara maju. Friedman (1999) dengan tandas menyatakan ketiga level ini menpunyai arah dan pengaruh dari atas ke bawah. Maksudnya, sistem yang berkembang di dunia ketiga didesak oleh kekuatan western global world yang sangat menekan melalui ekspansi-ekspansi sistem pengetahuan barat lewat Transnational knowlegde System (TNKs), sistem ekonomi yang melaju seiring perluasan kapital dari Transnational corporations (TNCs), dan kekuatan kolaborasi antar negara melalui apa yang disebut dengan Transnational State Syatem (TNSs). Kapitalisme dengan tiga kekuatan diatas mencengkram dan mendominasi begitu kuat seluruh sendi kehidupan dunia ketiga. Robinson (2001), mengemukakan lebih jauh bahwa kapitalisme menyebabkan kelumpuhan total kawasan periferal melalui dua cara, yaitu : ekspansi kolonialisme di era penjajahan dan ekspansi globalisme di era modernisasi.

Hasil akhir dari bekerjanya sistem-sistem pengaturan ala kapitalisme dan globalisme adalah apa yang dikonseptualisasikan sebagai pengaturan-pengaturan berbasiskan kepahaman antar bangsa (antar negara) dengan apa yang disebut sebagai Transnational States(TNSs). Dalam konsep TNSs, kedaulatan negara dunia ketiga terkooptasi dan terkolonisasi oleh kekuatan politik antar negara yang berjejaringan secara transnasionalitas, dimana keputusan-keputusan yang diambil seringkali merugikan kepentingan negara-negara periferal. Castel (2001) mengemukakan bahwa globalisme telah menghempaskan bencana ekonomi, poloitik. dan budaya menuju sebuah cengkeraman hegemoni kapitalisme global. Banyak contoh kasus yang terjadi belakangan ini, salah satunya tentang harga minyak mentah dunia yang hampir menginjak angka 100 dolar per barel, tapi kenapa negara berkembang dan negara yang menuju maju justru tidak menikmati kenaikan harga menyak mentah yang notabene banyak sumber minyak mentah dinegara mereka. Alasan yang pernah mencuat di Indonesia dikarenakan cadangan minyak mentah dari tahun ke tahun semakin berkurang sedangkan untuk investasi dibutuhkan waktu sekitar 15 tahun dan dana yang besar. Padahal yang terjadi sebenarnya secara Transnational State (TNCs), Amerika sebagai negara pengguna minyak dunia paling besar sedang mengalami resesi ekonomi dalam negeri, hal ini jelas mengancam hegemoni kapitalismenya yang sekarang mulai terancam dengan kenaiakan ekonomi Cina dan India untuk kawasan Asia. Untuk itu Amerika menaikan harga minyak mentah dunia untuk mencegah resesi ekonomi dalam negerinya. Kasus lain dalam pandangan kebudayaan, dengan melakukan simbiose mutualistik kaum kapitalis, kaum rasionalis-liberal benar-benar memanfaatkan panggung pemilihan atu kecantikan sejagat pada 2005. Keikutsertaan seorang utusan negeri ini ke kontes tersebut yang menuai kontroversi di tengah masyarakat malah didukung oleh kekuatan industri kosmetik dimana seorang tikohnya duduk sebagai anggota parlemen dengan posisi yang strategis. Disini ia dapat mengoperasikan dua variabel sekaligus, yaitu penanaman modal dengan proyeksi keuntungan besar jangka panjang, dan proses politik di tingkat atas guna mencari dukungan secara politik. Sehingga terjadilah penolakan RUU anti pornografi dan pornoaksi karena opini budaya barat yang mengumbar aurat sudah biasa dan diterima secara umum sebagai suatu kebenaran.

Hempasan globalisme inilah yang menjadikan bangsa-bangsa periferal, termasuk Indonesia mengalami tragedi multidimensi seperti saat ini.

Indeks Pencapaian Teknologi

60 dari 72 negara ( UNDP, 2001)

Rasio Tenaga Peneliti

0,5 per 1000 pekerja

Kepemilikan Televisi

153/1000 orang

Kepemilikan Komputer

11,9 dari 1000 orang (worl Bank, 2004)

Pengguna Internet

39/100 orang ; di AS (553/1000 orang) (worl Bank,2004)

Indeks Daya saing

72 dari 102 (WEF,2004)

Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

112 dari 175 negara yang disurvey (UNDP, 2003)

Belanja Pendidikan

0,9 % GDP (IMD,2003)

Tingkat Inflasi Sampai desember 2005

(diperkirakan) 18%-(siaran Pers BI)

Jumlah Angkatan Kerja

106 juta (BPS,2005)

Tingkat Pengangguran

9,86 % (10,8 juta pengangguran terbuka da 29,6 juta pengangguran setengah terbuka) BPS,2004

Jumlah Penduduk miskin

61,3 juta penduduk atau 15,325 juta penduduk (BPS, februari 2005)

Jumlah Penduduk Miskin Pedesaan

41 juta (BPS,2005)

Jumlah Penduduk Miskin Perkotaan

20,3 juta (BPS, 2005)

Rasio Penduduk Pedesaaan/Perkotaan

122,7 juta: 94,3 atau 56 : 44 (BPS, 2005)

Pendapatan Perkapita Indonesia

$ 830/tahun atau $ 69/bulan = Rp. 690.000/bulan (statistic Indonesia 2003)

Indeks Korupsi dari Political and Economic Risk Consultancy (PERC) 2005

Indeks 9,44 ( dari skala 10, dengan 0 paling bersih dan 10 paling korup)

School life expectancy and transition from primary to secondary for school years 1998/99 and 1999/00

Negara ke 75 dengan penduduk terdidik, Source : http://www.nationmaster.com

Civil and political liberties-index Ranging from 7 (High Levels of Liberties) to 1 (Low) This is the average of two indicators-civil liberties and political liberties

Negara ke 73 (skor 3,5 ), Source http://www.nationmaster.com

IPM rata-rata nasional meningkat dari 64,3 pada tahun 1999 menjadi 65,8 pada tahun 2002

199 kabupaten dari 440 kabupaten/kota di Indonesia, yang merupakan daerah tertinggal. Dua puluh diantaranya merupakan kawasan-kawasan perbatasan (Pidato Presiden di hadapan DPD, Agustus 2005)

Proporsi penduduk yang tinggal di perkotaan meningkat dari 35,9 % da tahun1995 menjadi 48,3 % tahun 2005 (BPS, 2005)

Data kemiskinan BKKBN tahun1998 sebesar 17,17% dari total keluarga. Angka ini meningkat menjadi 27,99% (1999), 30,78% (2000), 30,52% (2001), dan mencapai 31% pada tahun 2002 yang merupakan data terakhir. Adapun data BPS menurun dari 24,2 % tahun 1998, 23,5% (1999), 19,4% (2000), dan terus menurun hingga mencapai 17,92% tahun 2003.

Data Bank Dunia yang disajikan dalam CGI Brief tahun 2003 menunjukkan bahwa pada tahun 2002 sebesar 7,4% penduduk berpendapatan sehari dibawah 1 dolar AS. Jika garis kemiskinan digeser keatas menjadi 2 dolar AS per hari, jumlah penduduk miskin akan menjadi sebesar 53,4 %.

Pertanyaannya adalah, bagaimana menyelesaikan masalah ini? Dalam tingkat lokal, nasional, regional dan global. Dari mana masalah ini diselesaikan ?

Alain Touraine dan Manuel castel (1985) menyebut beberapa tipologi alternatif untuk keluar dari masalah di atas. Hal ini di gambarkan sebagai berikut:

Emergent Anti-Institutional

Awareness

Emergent Group Identity (Vision)

Revolutionary Movement

Social Liberation

Cultural Movement

Proffesional reform movement

Dari keempat tipologi pada halaman sebelumnya, John Hannigan menyebut bahwa Social Liberation, memiliki daya dorong yang paling tinggi untuk sebuah perubahan. Pembebasan social adalah gerakan yang visioner dan mendasar. Oleh karenanya bila ingin keluar dari jeratan kapitalisme global bangsa-bangsa yang terjerat dalam kungkungan kapitalisme mestinya tidak berjuang lewat jeratan yang ada dan visi ideologi yang dihasilkan dari ideologi ini.

Gerakan Pembebasan, dari tahapan dukungan menuju totalitas perubahan

Terdapat penemuan yang mengejutkan dari sebuah polling yang dipublikasikan pada bulan April 2007, yang hasilnya terkesan ditutup-tutupi. Polling itu, yang dilakukan atas pengawasan Universitas Maryland, menegaskan hasil riset yang dilakukan di empat negara muslim (Mesir, Maroko, Pakistan, Indonesia) dengan meyoritas penduduk kaum muslim menunjukkan beberapa hal yang antara lain :

  1. Dukungan bagi penerapan Hukum Syariah da Negara-negara Islam
  2. Penyatuan dengan Negara-negara lain di bawah naungan Khilafah
  3. Penentangan atas pendudukan dan kebijakan Barat pada umumnya
  4. Penentangan atas pemaksaan diberlakukannya nilai-nilai Barat di tanah kaum muslim
  5. Penentangan atas penggunaan kekerasan terhadap penduduk sipil.

Bagi beberapa isu tingkat konsensus ide-ide itu melebihi 75%. Pelajaran Apa yang bisa diambil dari hasil polling?

  1. Hal ini menunjukkan pandangan yang sesungguhnya dari kebanyakan kaum muslim
  2. Hal ini menghapus mitos menyesatkan tentang ide-ide politik Islam dan kekerasan
  3. Hal ini menunjukkan bahwa ide dari pihak yang melancarkan perang global terhadap terror (seperti AS,red) justru dianggap berbahaya bagi dunia dan bahkan menipu masyarakat di negeri-negeri mereka sendiri.
  4. Ini menunjukkan perlu adanya sebuah perubahan atas kebijakan luar negeri di Dunia Islam.
  5. Hal ini menunjukkan bahwa gaung Khilafah pada saat ini telah menyebar ke seantero Dunia Islam dan perlu bagi semua orang untuk memahami ide-ide dari para penyokong ide-ide itu.

Pokok-pokok penting dari Polling

  1. Tujuan Polling : Aplikasi penerapan Syariat Islam setiap Negeri Islam

Semua negeri yang diambil polling adalah negeri yang representatif mewakili umat Islam Dunia. Semua menunjukkan persetujuan terhadap penerapan Hukum Syariat Islam; ( Maroko 76%, Mesir 74%, Pakistan 79%, Indonesia 53% ).

  1. Pandangan atas Islamisasi dan pengaruh-pengaruh Budaya Barat

Kebanyakan responden menunjukkan dukungan kuat untuk memajukan peran Islam di Negara-negara mereka- hal yang sama dengantujuan Al Qaeda- tapi juga mengekspresikan keterbukaan bagi pengaruh-pengaruh budaya luar. Mayoritas kaum muslim di banyak Negara mendukung tujuan-tujuan untuk dilakukannya penerapan yang menyeluruh dari syariah, mencegah masuknya nilai-nilai Barat, dan bahkan menyatukan negeri-negeri Islam kedalam sebuah negara Islam yang satu. Di sisi lain, mayoritas mereka di semua Negara menganggap meningkatnya keterkaitan dunia melalui perdagangan dan komunikasi sebagai sesuatu yang positif dan sangat mendukung demokrasi dan kebebasan beragama. Mayoritas juga menentang ide adanya konflik kekerasan antara muslim dan budaya barat sebagai sesuatu yang tidak dapat dihindarkan dan mengatakan bahwa adalah mungkin untuk menemukan titik persamaan.

  1. Sikap atas kekerasan terhadap penduduk sipil

Sebagian besar responden dari Maroko, Mesir, Pakistan dan Indonesia menyatakan bahwa keadilan terhadap pelaku kekerasan terhadap penduduk sipil tidak berjalan dengan adil terhadap semua bentuk kekerasan, bahkan hanya dijadikan sebagai tujuan kesepakatan politik.

  1. Serangan terhadap penduduk sipil secara umum

Mayoritas muslim di semua negara menentang serangan terhadap penduduk sipil untuk tujuan-tujuan politik dan melihatnya sebagai hal yang bertentangan dengan Islam. Serangan terhadap penduduk sipil dilihat sebagai sesuatu yang tidak efektif. Serangan dengan motif terhadap infrastruktur penduduk sipil juga ditolak dan tidak dibenarkan.

  1. Serangan terhadap penduduk sipil orang Amerika dan Eropa

Sama halnya dengan penentangan terhadap serangan atas penduduk sipil secara prinsip dan berbeda dengan dukungan yang berarti terhadap pasukan Amerika, mayoritas di semua negara menolak serangan atas orang Amerika yang bekerja pada perusahaan-perusahaan Amerika di Negara-negara Islam. Dalam semua kasus ini, orang Mesir adalah paling banyak menentang, sementara orang Pakistan adalah yang paling sedikit.

  1. Kebijakan luar negeri dan pendudukan

Mayoritas kaum muslim pada semua negara yang disurvei memiliki pandangan yang negatif terhadap pemerintahan Amerika, Amerika Serikat dianggap memiliki pengaruh yang luar biasa terhadap berbagai peristiwa di dunia, dengan mayoritas dari mereka mengatakan bahwa Amerika mengontrol sebagian besar atau hampir semua dari apa yang terjadi di dunia.

7. Persepsi atas Tujuan-tujuan Kebijakan Luar Negeri AS yang berkaitan dengan Dunia Islam

Mayoritas mereka meyakini bahwa Amerika Serikat berusaha untuk menghancurkan Islam dan bahkan percaya bahwa negara itu ingin menyebarkan Agama Kristen di wilayah Dunia Islam. Jumlah yang hampir sama juga beranggapan bahwa tujuan kunci Amerika adalah untuk mempertahankan aksesnya untuk mendapatkan minyak bumi. Walaupun sebagian besar memahami Amerika Serikat berusaha untuk mencegah serangan-serangan teroris, hal ini tidak dilihat sebagai tujuan utama perang melawan teror.

  1. Mengeluarkan Militer Amerika dari Dunia Islam

Mayoritas di semua Negara mendukung tujuan agar Amerika Serikat memindahkan pangkalan-pangkalan militer dan tentaranya keluar dari demua negeri Islam. Sama dengan tujuan ini, dukungan bagi dilakukannya serangan-serangan pada tentara Amerika di Dunia Islam cukup tinggi di Mesir dan Maroko. Tapi orang Pakistan terpecah mengenai serangan semacam itu dan orang Indonesia menentangnya.

Saatnya berjuang bersama gerakan pembebasan

Yang terpenting atas masalah ini adalah pilihan metode perjuangan atas masalah yang dihadapi oleh dunia saat ini. Jebakan demokrasi yang dipaksakan di dunia ketiga merupakan agenda untuk membungkam gerakan pembebasan menuju kekuasaan.

Pemaparan diatas adalah salah satu bentuk keinginan secara sosial mayoritas muslim di Dunia Islam untuk membebaskan diri dari cengkeraman konsep keluarga Internasional atau Komunitas Internasional yang justru melakukan penjajahan sejak adanya ideologi kapitalisme, yakni sejak muncul imperialisme. Dunia akan terus menderita selama ”mitos” Komunitas Internasional atau Kelurga Internasional yang menurut pandangan Friedman sebagai Transnational State System (TNSs) masih ada. Karena itu membebaskan Dunia dari penderitaan yang menimpanya dan menempatkannya pada jalan kebahagiaan tidak akan mungkin dicapai, kecuali jika telah menghilangkan tiga faktor, yaitu;(1) Khurafat Keluarga Internasional, (2) Cengkeraman dan dominasi negara-negara adidaya, serta (3) Imperialisme dan monopoli.

Tentang Keluarga Internasional, sesungguhnya asas lahirnya ide ini sejak kemunculannya adalah batil. Pada mulanya negara-negara kristen di Eropa Barat bergabung dengan negara-negara kristen Eropa Timur untuk membuat suatu organisasi yang mampu menghadapi Daulah Islam ( abad 16 – 1856). Setelah Daulah melemah mereka membagi-bagi kekuasaan Daulah Islam, selama jangka waktu itu Keluarga Internasioanl diartikan sebagai komunitas Kristen dan musuh Daulah Islam. Maka dari itu, prinsip-prinsip tradisional negara-negara Kristen-atau negara-negara kapitalis- inilah yang kini mencengkeram komunitas manusia diseluruh dunia. Mereka mengabaikan sama sekali berbagai konvensi dan pemikiran negara-negara lain.

Sebelum menuju kepada gerakan Politik Pembebasan, kaum muslim haruslah mempunyai suatu kesadaran politik, yang bukan berarti kesadaran akan situasi-situasi politik, konstelasi internasional, peristiwa-peristiwa politik, mengikuti politik internasional,atau mengikuti aktivitas-aktivitas politik. Itu semua adalah hal-hal yang melengkapi kesempurnaannya saja. Kesadaran politik tidak lain adalah pandangan terhadap dunia dengan sudut pandang khusus.Bagi kita kaum muslim sudut pandang itu adalah akidah Islam.Kesadaran politik itu mudah dimiliki oleh seluruh manusia, sebab kesadaran politik bukan berarti menguasai Islam secara keseluruhan atau menguasai apa yang harus menjadi sudut pandang khusus bagi dunia. Kesadaran politik tiada lain hanyalah pandangan ke arah dunia internasional dan hendaknya pandangan itu bertolak dari sudut pandang khusus tertentu.

Adapun cara mewujudkan kesadaran politik pada individu-individu dan umat , adalah dengan melakukan pembinaan politik dalam pengertian politis, baik berupa aktivitas pembinaan pemikiran dan hukum Islam maupun dengan aktivitas mengikuti peristiwa peristiwa politik.

Pembinaan politik haruslah melalui gerakan yang sahih yang berbentuk kelompok yang berdiri atas dasar fikrah dan thariqah, yaitu atas dasar ideologi yang diimani oleh setiap anggotanya, itulah Partai. Partai mengontrol pemikiran dan perasaan masyarakat untuk digerakan dalam sebuah gerakan yang terus meningkat (kualitas dan kuantitasnya). Partai juga berusaha menghalangi kemerosotan kembali pemikiran dan perasaan masyarakat. Partailah yang mendidik umat, mengeluarkannya dari kebodohan, dan mendorongnya untuk mengarungi medan kehidupan Internasional.

Bacaan Lebih Lanjut :

Harper,C.L.1989.Exploring Social Change.Prentice Hall.New Jersey

Robinson. W. I. 2001. Social Theory and Globalization: The Rise of Transnational State.Theory and Society.

Catel, S. 2001. Studying Social Transformation. International Political Science Review.

Friedman. 1999. Indegenous Struggles and discreet Charm.Journal of World System Research.

Taqiyuddin an-Nabhani. Konsepsi Politik Hizbut Tahrir, Edisi Mu’tamadah.

Taqiyuddin an-Nabhani. Pembentukan Partai Politik Islam. Hizbut Tahrir

Abu Fatiah Al-Adnani & Abu Laila Abdur Rahman. Menanti Kehancuran Amerika & Eropa.

www.css-jordan.org

data pendukung UNDP, dll

Senin, 03 Desember 2007

Dinamika Beternak Domba di Pedesaan


Beternak adalah kegiatan yang sudah sering kita dengar dan jumpai disekitar kita, apalagi di wilayah pedesaan, konon 80 % masayarakat di desa menggantungkan hidupnya dengan bertani dan beternak. Ada pertanyaan mendasar yang sangat sering kita dengar, “Mengapa kita tidak mampu memenuhi kebutuhan lokal negeri kita sendiri ?” adalah pertanyaan yang sangat mengherankan. Berangkat dari keadaan diatas, maka kami melakukan riset khusus di wilayah pedesaan tentang lika liku beternak domba di pedesaan tepatnya di wilayah Garut Selatan, Kecamatan Peundeuy, kami melakukan riset di dua desa yaitu desa Saribakti dan desa Toblong. Wilayah ini disebut sebagai daerah yang tertinggal dengan lahan yang tidak produktif dan kurang tergarap oleh penduduk setempat dengan segala dinamikanya.

Identifikasi masalah.

Beternak adalah salah satu kegiatan ekonomi masyarakat yang masih konvensional, kegiatan beternak biasanya dilakukan disela bercocok tanam masyarakat di desa yang kami teliti, tentunya hampir disemua pedesaan, seperti itulah kegiatan beternak yang akan kita temukan. Apakah ini sebuah kendala atau potensi ? Mari kita lihat lebih dalam lagi tentang spesifikasi keadaan masyarakat pada umumnya didesa yang kami teliti.

Hampir 90 % masyarakat yang beternak di wilayah tersebut berpendidikan tamatan SD bahkan beberapa tidak tamat SD dan bahkan ada yang tidak mengeyam pendidikan sama sekali. Kegiatan beternak mereka hanya mengikuti insting bekerja saja tanpa adanya pengetahuan yang memadai tentang wawasan beternak, tentang bibit unggul, kesehatan ternak, pakan ternak, teknik perkandangan dan segala macam persyaratan beternak termasuk pemasaran, semua itu belum pernah sampai pada mereka.

Iklim ekonomi yang selalu pas pasan dalam mempertahankan hidup mereka membuat keinginan untuk belajar dan menambah wawasan dalam beternak tidak pernah dianggap sebagai masalah lagi bagi mereka, anak sakit dan istri melahirkan adalah salah satu penyebab mengapa domba yang dianggap terbaik bagi mereka harus segera dijual dengan harga yang kurang menguntungkan. Sehingga untuk berada pada iklim riset dalam beternak adalah bagaikan mimpi disiang hari.

Sekian masalah yang sudah memberangus peternak akhirnya terdampar pada modal yang sudah tak dimilikinya lagi untuk melanjutkan usaha beternak yang baik kecuali memelihara apa yang tertinggal dan tentunya tinggal genetik domba yang buruk, dalam 1 tahun hanya mencapai berat badan 25 kg.

Serangkaian program pemerintah digalakan, sedikit membuat peternak desa terhibur dan bersemangat untuk kembali menggantungkan hidupnya pada beternak, namun seperti yang telah diungkapkan diatas, sdm,knowlegde,social economic, membuat program pun tidak dapat berjalan sesuai yang diharapkan, apalagi jika bibit domba yang datang dari program tersebut adalah bibit yang kurang ekonomis, fenomena inilah yang saya jumpai selama 3 tahun pada dunia beternak domba di daerah.

Pembahasan dan solusi

Kami menilai bahwa pengetahuan para sarjana peternakan masih sangat minim sampai di masyarakat peternak, semua riset dan penelitian masih tersimpan diperpustakaan pusat yang sangat ketat dijaga dengan segala permasalahannya. Sarjana peternakanpun rungsing dengan masalah individunya, diantaranya sulit mencari pekerjaan dan lain lain. Namun jika masalah sarjana repot itu diabaikan, maka masalah riilnya adalah ketika semua pengetahuan beternak yang akan ditransfer kepada peternak didesa ternyata bukan merupakan hal mudah, apalagi jika yang di transfer adalah hanya menyampaikan data yang berdasarkan teori saja, akan dirasakan berat bagi mereka, sebab abstraksi dan daya pikir peternak yang masih rendah tadi , ini memaksa sarjanawan peternakan harus memiliki kemapuan extra, selain memiliki penguasaan teori juga harus menguasai data riil dilapangan, dan yang terpenting adalah memiliki kemauan untuk mengembangkan dunia peternakan. Sarjana berkualitas harus mau terjun dilapangan sebagai partner dan konsultan bagi peternak dari semua aspek permasalan peternakan, dari breeding sampai marketing, dalam kata lain dapat membuat kelompok ternak di daerah yang potensial sebagai tempat risetnya, sekaligus dapat mengembangkan kecakapan individualnya.

Konsepnya seperti petugas penyuluh dilapangan, jika masalah beternak selama ini dapat dipelajari dan disadari oleh para sarjana dan penyuluh baik petugas pemerintah ataupun sukarelawan sarjana peternakan, tentunya efisiensi dan efektivitas beternak didaerah dapat ditingkatkan. Peningkatan kualitas sdm peternak dapat secara bertahap dikembangkan seiring dengan kegiatan dilapangan. Penguasaan wilayah dan penguasaan masalah akan didiskusikan dengan sesama kelompok yang terpusat dan terorganisir. Satu orang sarjana atau dua orang sarjana yang terampil yang menguasi permasalahan akan mampu membantu satu wilayah kecamatan tentunnya dengan fasilitas yang sudah disiapkan pemerintah mis; motor oprasional. Program pemerintah yang sudah ada terus dikembangkan dan dievaluasi, disertai perbaikan perbaikan yang harus dilakukan. Biasannya di seputar Bibit unggul, baik pejantan ataupun indukan, kualitas pakan, perkandangan yang akan terkait kesehatan dan masalah kelahiran, semuanya harus sudah sepakat bahwa dengan menggunakan potensi lokal yang ada, dan digarap secara maksimal akan menjadikan hasil yang lebih baik, lebih menguntungkan dan lebih stabil dalam iklim beternak.

Hasil riset Kami

Disesuaikan dengan kemampuan financial kami maka dilakukanlah riset ;

3 ekor pejantan diperoleh dari bantuan kerabat dan donatur :

data ini juga kami buat sebagai ucapan terima kasih atas kerelaan hatinya.

Kelompok A

Memulai dengan 5 ekor domba dara betina unggul ( aduan ) tahun 2004

1 ekor domba Pejantan ( mantan domba aduan ) berat badan 90 kg

ditambah 15 ekor domba jantan bakalan lokal ( disiapkan untuk Iedul adha )

di tambah 20 ekor domba jantan lokal ( persiapan Iedul adha )

Kelompok B

Di mulai dengan 8 ekor domba jantan bakalan persiapan Iedul adha

10 ekor domba betina aduan dan lokal

2 ekor pejantan mantan aduan rata rata berat badan 85 kg

ditambah 12 ekor domba persiapan Iedul Adha

Kelompok C

3 ekor betina lokal dengan 1 ekor pejantan lokal

Data sampai saat ini :

Telah menjual setelah 2 kali Iedul adha sebanyak 54 ekor domba

Anak yang lahir sebanyak 21 ekor dengan kualitas beragam

anak yang lahir mati 3 ekor

kesimpulan sementara

telah menghasilkan calon pejantan baru dari anakan sendiri sebanyak 7 ekor kualitas A ( kelas aduan )

calon indukan betina sebanyak 12 ekor kualitas B - C

data pelaku program ini :

Ketua kelompok : Ismail fadli, SPt., SE

Ondi : Peternak binaan ( SD )

Ade : Peternak binaan ( SD )

Rohandi : Peternak binaan ( SD )

Udin : Peternak pembantu ( mts belum tamat )

Ade Sobari : Peternak pembantu ( SD )

Nama Kelompok Ternak Kelompok Peternak Baranangsiang Kec Peundeuy

Rata rata penghasilan tambahan peternak adalah 200 rb – 300 rb per bulan, nilai ini dapat kita tingkatkan dengan volume beternak kedepan. Nilai yang kecil ini dihitung sebagai nilai tambahan penghasilan perbulan.

Tidak menggunakan pakan tambahan dari luar daerah

Mengutamakan vegetasi lingkungan yang melimpah di daerah beternak yang dapat digunakan sebagai bahan pakan.

Pola beternak, aturan bagi hasil dan rencana pengembangan peternakan dapat dibahas pada termin lain.

Karakter Masyarakat

Masyarakat pedesaan adalah masyarakat yang serba kekurangan : kekurangan keterampilan, kekurangan kemampuan, kekurangan kesempatan dan masalah yang paling berat adalah kekurangan semangat dan keinginan yang kuat serta keyakinan bahwa mereka bisa keluar dari ketertinggalannya, mental individu yang ingin serba instan dan cepat kaya adalah salah satu kesulitan bagi kami untuk mempercepat dan meningkatkan produksi dalam peternakan, padahal itu semua adalah modal yang paling besar yang harus dimiliki setiap insan yang ingin maju siapapun itu, masyarakat tersebut digolongkan kedalam masyarakat yang rendah semangat ( low spirit capital ). Contoh kasus 1 orang dapat memelihara 15 ekor domba secara intensif, rata – rata hanya memilih 5 ekor saja. Padahal dapat disebut ekonomis bila 1 orang memelihara 15 ekor dalam satu periode ( periode persiapan Iedul Adha ).

Kasus lain dari mental masyarakat kami temukan di desa misalnya : setelah mendapatkan uang bagi hasil, rata – rata di belanjakan pada barang mewah yang menurut pikiran kita bukan pilihan belanja yang baik, contoh riil membeli Hand Phone ( HP ). Dalam Teori Ekonomi Makro, masyarakat tersebut di sebut masyarakat konsumen Irasional.

Kita berharap uang yang telah terkumpulkan oleh peternak dapat dibelanjakan pada barang investasi, namun setelah diperhatikan ternyata pilihannya adalah barang konsumsi.

PR kami yang cukup berat adalah bagaimana mentrasnsformasi masyarakat ke mental dan pola pikir yang lebih baik :

Dari masyarakat low spirit capital ke high spirit capital

Dari masyarakat Konsumen Irasional ke konsumen Rasional

Tentunya semua itu bukan pekerjaan yang gampang dan sebentar, tetapi itulah pangkal pokok dari pemberdayaan masyarakat seutuhnya dan sesungguhnya, jika cita – cita yang agung “ untuk menjadikan Masyarakat yang Adil dan Makmur” menjadi tantangan bagi setiap bangsawan sejati

Oleh Ismail Fadli di desa tertinggal