Senin, 26 November 2007

LIKA LIKU SURVEY CIDAUN


Survey di Cidaun Cianjur, wuih seru coi.
Hari itu sabtu sebelum fajar muncul, aku sudah bangun untuk menunaikan sunnah Rosulku dan kewajibanku. Setelah semua selesai aku berpikir menyiapkan keperluanku untuk rencana survey dengan teman-teman sekantorku, mencari sasaran daerah penerima kurban dari para muqorib yang dititipkan kepada lembaga kami DDB.
Cidaun, itulah pesan daerah yang harus dijelajahi guna memperlebar sayap-sayap program THK (Tebar Hewan Kurban) DD yang tahun lalu kebanyakan tersalurkan di daerah mustahik Kabupaten Bandung.
Sambil menunggu berangkat, kita siapkan perlengkapan survey (jas hujan,sepatu boot, etc), mental dan tentu saja money.
Akhirnya kita berangkat dari kantor paskal 143 Bandung jam 6 pagi,meluncur melewati jalan tol Pasteur-Buah batu. keluar tol Buah batu menuju Banjaran dan Cimaung lalu Pangalengan, seperti biasa kondisi jalan di Banjaran yang sempit dipenuhi kendaraan pribadi dan banyak kendaraan umum yang nongkrong menjemput penumpang,apalagi di depan pasar Banjaran, kebayangkan jadinya ,MACET!!!!!!!!!. ah itu mah biasa , sabar aja lagi.
Sambil melihat Peta-peta dan menurut informasi yang bisa dipercaya tapi tidak bisa dipertanggungjawabkan, lewat saja Pangalengan tapi harus lewat beberapa kecamatan yang ga jelas ada di peta.
Setelah bertanya kesa kemari dan sempat bertanya kepada penjual bubur tempat kita sarapan pagi, sarapan baru di Pangalengan, eit bikin mag ku kumat oi. Ada hikmah dibalik semangkok bubur ayam yang teu puguh rasanya, dari penjualnya dapat info jalan yang lancar dan lebih dekat untuk sampai ke Cidaun.
Dari Pangalengan kita memotang jalan melewati perkebunan teh menyusuri hutan dan akhirnya sampai di pasir jambu,Ciwidey, itulah kecamatan yang disarankan untuk dilewati sebelum kita ke Cidaun.
Dari Ciwidey kita melewati Rancabali, terus ke Pagelaran (salah satu kec yang berbatasan dengan Kab Bandung) dan sempat mampir di sebuah SD pinggir jalan namun keadaan sekolahnya memprihatikan. Padahal SD yang berdiri sejak tahun 1965 itu adalah SD tertua di Kecamatan dan tempat pertemuan bagi guru-guru dan pengurus sekolah se Kecamatan. Kita bertemu dengan seorang guru yang saat itu sedang mengajar olahraga, "Pak kok ga ada gurunya, gurunya pada kemana? tanyaku, "Oh gurunya teh lagi mengajar olahraga dan
istirahat", kata guru yang bernama Usman menimpali.Team DDB ke Cianjur selain untuk survey daerah THK ternayata di domplengi dengan program pendidikan SMART EI, yang merupakan salah satu program LPI (Lembaga Pengembangan Insani), jejaring Dompet Dhuafa.
Pendomplengan tersebut dalam upaya kita mensosialisasikan program yang bersifat nasional ke seluruh pelosok negeri untuk menjaring siswa berprestasi selulus SD untuk dapat meneruskan sekolah ke jenjang SMP sampai SMA secara cuma cuma dengan kurikulum internasional, tentu saja untuk siswa dari kalangan Dhuafa yang lulus tes dari administrasi, psikologi, sains dan kesehatan serta penentuan akhir melalui home visit.
Kembali lagi ke tujuan awal kita, survey daerah THK!
Perjalanan kita lanjutkan setelah berpamitan kepada pak Usman dan meminta no kontaknya, sambil kita berharap ada bibit-bibit unggul dari daerah "tempat jin buang anak" yang bisa dengan layak mendapatkan pendidikan hingga lulus SMA, tentu saja dengan hasil yang terbaik. Saya selalu berpikir *Kenapa urusan yang seharusnya menjadi tanggungjawab Negara malah menjadi urusan kita dan lembaga-lembaga sosial saja.kenapa???????< Padahal kalo kita kembali kepada Islam (sebagai agama kehidupan) maka pendidikan akan menjadi tanggung jawab negar, tentu saja negara khilafah minhajinubuwwah yang menerapkan syariat Islam pad seluruh aspek kehidupan. betul tidak? betulllllllllllllll
Perjalanan kita lanjutkan ke kecamatan sesudah Pagelaran, Kecamatan Tanggeung sebelum Kecamatan Sindangbarang Cianjur dan akhirnya ke Cidaun. Dengan kondisi jalan yang berkolok dan berlubang kita tetap tegar melewatinya, namun patut disayangkan kita sempat terhalang portal sebanyak tiga kali yang dijaga oleh Hansip "kirang seribu ceuna",sudah dikasih seribu minta tambah seribu,itu lebih mahal dari tol Pasteur- buah batu yang 1500 dengan kondisi jalan yang tentu saja berbeda jauh. ada yang aneh saat melewati portal ilegal, seorang "preman kampung" dengan sebatang kayu mencegat kita untuk lewat," permios kang ngawagel waktosna, iyeu biasa kangge meser rokok".bilang saja minta uang. itulah fenomena miskin rakyat kita yang tidak mau kristalisasi keringat untuk se-sen uang.bukankah nabi SAW memperingatkan kita ,dari Abi Hurairaoh" siapa saja orang yang dipagi hari memikul kayu bakar dan berbuat baik denganya (menjualnya) dan tidak berharap kepada pemberian manusia,itu baik baginya daripada mengemis walaupun orang akan memberinya atau menolaknya".
Siang hari setelah melewati kelokan jalan Alhamdillah Allah memperingatkan kita untuk makan siang, menikmati rizkinya melalui perantara orang madura,tapi tetap bayar bukan cuma-cuma.
Hah.... ada orang madura di kecamatan Sindangbarang Cianjur? ternyata dia sudah tiga tahun ditempat tersebut. "dapat istri orang sini,katanya". "ketemunya di arab waktu jadi TKW".
ngomong-ngomong TKW, ternyata menurut teman saya Cianjur selatan adalah pemasok terbesar TKW dari Jawa Barat selain Indramayu,ini terbukti dengan banyaknya Mini bus Biru dari dinas ketenagakerjaan yang menyusuri pantai, entah itu menjemput calon TKW dan mengantar TKW yang pulang dari negri seberang, yang tentu saja membawa devisa negara.
Kondisi ini terlihat jelas secara fisik rumah-rumah sekitar daerah pinggiran pantai (kec Sindangbarang dan kec Cidaun) ternyata banyak yang terbuat dari beton dari pada rumah panggung dari bilik bambu. jumlah perempuan yang tinggal juga sedikit dibanding lelaki.
Sempat kita bersantai dulu menikmati pantai selatan di sindangbarang sembari hunting foto utnuk koleksi divisi media.ternyata ombaknya besar juga, padahal siang hari, terlebih sore hari air pasang bisa sampai bukit tepi pantai. Ditepi pantai banyak kita jumpai peternak menggembalakan ternaknya, sapi ongol,dan domba. sistem abur kalo menurut bahasa peternakan, harga jual lumayan mahal untuk sapi dengan bobot 150-200kg dipatok 4 juta lebih, sedangkan domba 700 ribu sekira bobot 35 kg. harga seperti itu menurut saya mahal,karena peternak tidak membutuhkan pakan tambahan dan mencari rumput.
Kita teruskan perjalanan menuju cidaun titik nol Km dan bandung titik 209Km sambil menikmati udara pantai yang sejuk.Cerita yang beredar dimasyarakat bahwa Maret 2008 jalur selatan akan selesai dan dalam kondisi yang halus sehingga kita bisa tembus ke Pamengpeuk dan jalur selatan pulau jawa.
Pelabuhan Jayanti Cidaun sempat kita sambangi, terlihat bangunan baru untuk peristirahatan dan kantor pengelola pelabuhan. satu teman kita bertugas menanyakan kondisi ekonomi, potensi warga desa Cidamar, Cidaun dan tentu saja tentang jumlah hewan kurban yang disembelih di desa tersebut. Ternyata jawabannya cukup mengagetkan, tiap tahun disetiap DKM yang membawahi dua rukun tetangga ada saja kurba tidak pernah kosong. "5 sampai 20 mah ada domba yang disembelih di sini" kata juru tulis desa.hal senada juga disampaikan sebelumnya oleh anak ust Dede pimpinan ponpes Muhajirin Cidamar, Cidaun tempat kita singgah untuk mengqosor Sholat.
"Survey desa lain," kataku.
waktu sudah menunjukkan sekitar jam empat sore, di cidaun, padahal kita berangkat dari bandung jam enam pagi, tapi bagi kita perjalalan itu tak terasa karena ada kesadaran dalam diri kita untuk membantu yang membutuhkan dalam rangka memenuhi kewajiban kita terhadap ALLAH.
waktu magrib menjelang,kita berhenti sejenak di sebuah masjid pinggir jalan untuk mengqosor sholat.suasana pengajian anak-anak sangat terasa, walaupun berjalan tanpa penerangan mereka tetap saja berjuang untuk mendapatkan ilmu guna bekal dunia akherat." Ketua DKM nya siapa, rumahnya dimana?" tanya kita kepada ust muda yang mengajar ngaji anak-anak.
Sempat anak kecil mengantar kita bertemu dengan ketua DKM,pertanyaan yang sama kita lontarkan untuk mengetahui kebiasaan berkurban warga setempat. Ternyata Jawaban yang kita peroleh sama dengan apa yang kita dengar di Cidaun."Alhamdulillah untuk kurban kita tidak kekurangan, karena ada yang selalu berkurban, hewan kurbannyakan peliharaan sendiri"tutur ust Latief,tokoh desa Cibungur, Sindangbarang.
Setelah berpamitan kita lanjutkan perjalanan ke desa lain, masih dalam kec sindangbarang.Eit.......berhenti, berhenti tutur teman kita,ada masjid besar,kita tanya-tanya tentang kurban yuk disini. setelah bertemu dengan ketua DKM dirumahnya kita diajak untuk bertemu dengan ajlengan di desa giri mukti yaitu Ust hidayat,besanya duta besar.menurut beliau kesadaran kurban di desa ini bagus, tiap tahun ada yang berkurban 5 sampai 10 ekor domba. Mereka menggunakan sistem arisan untuk menggilir jatah orang yang berkurban, sebulan 20 ribu selama 3 tahun.Ada kekurang pahaman dari mereka, yakni orang yang sudah berkurban tahun lalu tidak usah ikut kurban,mungkin mereka punya kaidah sendiri (yang salah) "jika sudah terlaksana kurban sekali seorang maka gugur kurban untuk waktu selanjutnya"
"Nginep disini aja dek ya, kalo pulang malam-malam begini(pkl 20.00) hati-hati kalo lewat air terjun, suka ada hantu yang suka pada orang jawa yang kulitnya sawo matang". canda ust Hidayat. "kalo hantunya cantik mah ga apa-apa" timpalku.survey seperti ini banyak hikmahnya bagi kita, silaturahmi dengan banyak orang yang sebelumnya kita tidak kenal sehingga banyak saudara yang mendoakan kita, itulah kebahagiaan yang tak mungkin bisa dinilaki dengan materi.
Wah laper eui, kita makan di orang madura yuk, sekalian survey ke DKM setempat.Sambil menunggu sate matang kita diantar ke H.Tajul Mubarok desa Bojong koneng sindangbarang cianjur."punten pak mengganggu waktunya", Haji baru bangun tidur, yang menerima tamu awalnya anaknya tapi haji akhirnya juga nimbrung.
Setelah kita sampaikan keperluan kita tentang adnya program THK, kita akhirnya meminta kesediaan anak pak haji untuk penyediaan domba untuk kurban, ya 10 ekor dulu.Memang perjanjian tanpa hitam diatas putih tersebut hanya butuh kepercayaan," nanti kalo sudah kita kumpulkan ternyata ga jadi kurban disini,kan kita rugi atuh" kata si akang teh." ga mungkinlah,kita seperti itu, ntar kita kasih nomor kontak". Kita sedikit lega karena mereka mau untuk meyediakan dombanya walaupun baru kita bayar saat penyembelihan.
Perut kenyang setelah makan, ah tinggal tidur nih diperjalanan, ternyata susah juga tidur di perjalanan.Kita lewat Cianjur kota selama kurang lebih 4 jam dengan kondisi jalan yang lumayan bagus dibanding waktu kita berangkat.
Dalam perjalanan sempat terpikir, ternyata kesadaran individu untuk melaksanakan perintah sang khalik tidak memandang kondisi dan tempat domisili, tapi ruh yang berrti kesadaran terhadap hubungan kita dengan ALLAH yang tercermin melalui keimanan kita.
terlepas cara yang dipakai untuk mengerjakan kurban itu salah (dengan arisan),namun patut dijadikan contoh untuk masyarakat yang lain,bahwa daerah yang terjauh dari kotapun sekuat tenaga menjalankan perintahNya dan dengan jujur menjawab pertanyaan tentang kondisi mereka,tanpa meminta untuk diksihi.
Akhirnya datang juga!!!!! dikantor DDB jam 2 pagi hari minggu.
dengan kondisi tubuh yang cuapek dan nguantuk saya perlahan-lahan naik ke lantai dua untuk melanjutkan tidur yang tertunda.

Tidak ada komentar: